Gubernur Lukas Enembe kunjungi Mahasiswa di Asrama Papua Surabaya

Gubernur Papua, Lukas Enembe, SIP., MH., bersama Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, saat melakukan Konferensi Pers di Surabaya/ Istimewa

tvpapua.com, Jayapura, 28/08

SURABAYA – Gubernur Papua, Lukas Enembe, SIP., MH., berkunjung ke Kota Surabaya, Jawa Timur, Selasa (27/08), bertemu dengan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak, untuk menemui mahasiswa di asrama Papua Surabaya yang terdampak rasialisme beberapa waktu lalu.

Usai menemui Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur, Gedung Negara Grahadi, Kota Surabaya, Gubernur Papua mengharapkan kehadirannya bisa sedikit menyejukkan situasi, sehingga tidak banyak terjadi demonstrasi di berbagai daerah.

“Dari teman-teman DPR mereka sudah datang duluan, tapi tetap tidak diterima. Saya sendiri tidak tahu apakah akan diterima atau tidak. Kalau mereka tidak mau terima, besok saya rencana akan bikin acara adat bakar batu di lingkungan asrama. Kalau mau mereka keluar, harus secara adat, dalam hal ini bakar batu. Secara adat memang begitu,” kata Gubernur Papua, Lukas Enembe.

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, sendiri siap jikalau kemudian secara adat acara bakar batu mesti dilakukan. Pasalnya, anak-anak di Jawa Timur tentunya termasuk pula anak-anak dari Papua dan Papua Barat.

“Kami semua selama ini membangun komunikasi, yang mana rasanya sudah sangat dekat, sangat baik. Bahkan jikalau ada format yang lebih baik lagi, dengan sukacita, anak-anak kami di Jatim haruslah mereka merasa aman, nyaman, dan terlindungi, baik saat mereka menimba ilmu maupun bekerja,” ujar Khofifah Indar Parawansa.

“Seperti yang sudah kami sampaikan permohonan maaf kami kepada Pak Gubernur Papua, yang mana ini adalah insiden personal yang sama sekali tidak mewakili suara masyarakat Jawa Timur,” tambahnya.

Usai bertemu, didampingi Forkopimda Jawa Timur dan Papua, termasuk Gubernur Khofifah, Gubernur Enembe menuju lokasi asrama mahasiswa Papua Surabaya. Namun, bukannya diterima dengan baik, sebaliknya, mahasiswa Papua dari dalam asrama malah menolak kehadiran Gubernur Enembe.

Bahkan, sempat terjadi lemparan pasir/tanah dari dalam asrama terhadap rombongan Gubernur Papua di luar gerbang. Menyikapi penolakan tersebut, dalam konferensi pers di Hotel Grand Dafam Surabaya, Gubernur Enembe mengakui kurangnya koordinasi yang baik, sehingga terjadi penolakan tersebut. Namun, ia pun menyayangkan sikap mahasiswa asrama Papua Surabaya atas penolakan itu.

Berdasarkan pemantauan jurnalis dari Papua yang mengikuti rombongan, situasi penolakan kehadiran Gubernur Enembe itu sempat memanas, di mana para mahasiswa menolak untuk membukakan gerbang asrama bagi Gubernur Papua bersama rombongan untuk masuk.

“Ini mungkin terlalu emosi, atau terlalu cepat kita datang, sehingga kita akan reschedule (agendakan kembali). Saya akan agendakan kembali untuk tim saya datang ke sana. Mungkin sekarang bukan waktu yang tepat untuk kami ke sana, sehingga perlu untuk diagendakan kembali,” ujarnya.

Gubernur Papua mengaku tidak memiliki data yang pasti, meskipun menurutnya sekiranya terdapat 60 orang yang berada di dalam asrama tersebut. Dirinya pun tak dapat memastikan apakah di dalam asrama tersebut semuanya berstatus mahasiswa atau tidak.

“Namun, yang jelas, sebagai kepala daerah, saya kecewa dengan sikap mereka yang seperti itu. Kalau mau bicara merdeka atau referendum itu bukan urusan dengan gubernur, melainkan dengan pemerintah pusat. Saya pun sudah melaporkan ini kepada Presiden Joko Widodo sebagai Kepala Negara. Demikian, perihal ini, sudah menjadi urusan kepala negara. Namun, yang jelas, Papua tetap bagian dari Indonesia,” katanya. (QB)