PAP Tolak Rezim Soeharto di Papua

Christian Arebo Sekjen Pemuda Adat Papua (tengah) bersama Ruben Magai tokoh Adat Meepago (kanan) dan Nathan Ansanay Dewan Penasehat Pemuda Adat Papua (kiri) saat di wawancarai wartawan/ MD

tvpapua.com, Jayapura, 08/03

Pemuda Adat Papua (PAP) menolak dengan tegas rezim Soeharto yang pernah membawa luka terhadap orang Papua pada masa silam. Penolakan tersebut sangat beralasan karena dengan hadirnya salah satu putra mantan presiden RI, Soeharto yaitu Hutomo Mandala Putra atau Tomi Soeharto yang maju sebagai anggota DPR RI dari daerah pemilihan (Dapil) Papua.

Ruben Magai salah satu tokoh adat Meepago yang juga selaku anggota DPR Papua mengatakan, pengangkatan anak Adat yang dilakukan oleh tokoh-tokoh adat di Papua patut dipertanyakan. Dikatakan, masyarakat adat berbicara masalah kehidupan kelompok masyarakatnya.

“Saya memberi contoh, saya berada di luar daerah saya atau di luar Papua tidak bisa mengikuti adat yang dilakukan di daerah saya. Bagaimana bisa seorang Tomi diangkat sebagai anak adat tetapi dia tidak tau silsilah adat orang Papua,” kata Ruben kepada wartawan, Jumat (08/03) di Jayapura.

Kata Ruben, siapapun pejabat yang datang ke Papua tidak boleh menyalahkan wewenang dengan pintu adat, dan masyarakat harus mengerti akan hal tersebut.

“Orang Papua banyak yang mampu dan berhak untuk duduk di DPR. Bagaimana kita mendukung orng dari luar tetapi orang tersebut belum tau kondisi dan nasib kita di Papua. hanya orang Papua yang mengerti dan paham kondisi di Papua,” ujarnya.

Dikatakan, Lembaga Masyarakat Adat (LMA) juga harus tau diri dalam mengangkat orang lain sebagai anak adat, khususnya di Papua.

“Mau mendekati pintu Adat itu tidak semua bisa masuk. Hanya orang Papua yang bisa memasuki pintu adat dengan cara yang baik dan memakai hati,” katanya.

Ditempat yang sama Nathan Ansanay selaku Dewan penasehat PAP menambahkan masyarakat Papua harus melihat rekam jejak dari Tomi Soeharto apalagi dirinya adalah anak dari mantan Presiden RI, Soeharto yang diketahui memiliki rekam jejak yang membuat orang Papua terluka hingga kini.

“Beliau adalah anak dari mantan presiden dan dia rezimnya meninggalkan jejak traumatik di seluruh daratan Papua dan ini harus dipertimbangkan dengan baik. Trauma itu belum hilang hingga kini,” ujarnya.

Untuk itu, pihaknya mengingatkan kepada masyarakat untuk tidak dengan mudah memberikan gelar kepada orang lain.

“Kita harus punya etika dan jangan seenaknya kesini dengan berbagai tujuan. Jangan lagi menodai orang Papua. Kami ingatkan Tomi atau siapapun jangan menjual harga diri orang Papua,” katanya. (MD)